Asuransi Bukan Melawan Takdir, Tapi Berikhtiar Untuk Hari Esok
Saya hanya tersenyum saat membaca beberapa pendapat yang mengatakan bahwa ikut asuransi itu melawan takdir, tidak percaya rukun iman ke-6, tidak percaya jaminan rezeki dari Allah, harus selalu tawakal dan lain sebagainya.
Baca juga : Konsep Dasar Asuransi Syariah Yang Belum Banyak Diketahui
Dalam status facebook saya beberapa waktu lalu membahas tentang apa itu IKHTIAR. IKHTIAR adalah usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan dalam hidupnya, baik material, spiritual, kesehatan, dan masa depannya agar tujuan hidupnya selamat sejahtera dunia dan akhirat terpenuhi. Ingat, urutannya itu Berdo’a, Ikhtiar, baru tawakal.
Definisi Takdir Dari Segi Bahasa dan Istilah
Asal kata TAKDIR itu dari bahasa Arab, yakni TAQDIR (تقدير) yang berakar kata dari kata QODDARO (قدر، يقدر، تقديرا) yang berarti ukuran terhadap sesuatu atau memberi kadar.
Sedangkan menurut istilah agama Islam, takdir adalah ukuran yang sudah ditentukan Allah sejak zaman azali baik atau buruknya sesuatu, tetapi boleh saja berubah jika ada usaha untuk merubahnya. Sehingga, jika Allah telah mentakdirkan demikian, maka itu berarti bahwa Allah telah memberi kadar/ ukuran/ batas tertentu dalam diri, sifat atau kemampuan maksimal makhluknya. Kemampuan pada diri manusia inilah yang boleh berubah, dan terkadang memang mengalami perubahan disebabkan oleh usaha manusia itu sendiri.
Pengertian Takdir menurut istilah tersebut, mencerminkan adanya kemungkinan perubahan takdir dari Allah swt. Manusia mempunyai kemampuan terbatas sesuai dengan ukuran yang diberikan oleh Allah kepadanya. Makhluk ini misalnya; ditakdirkan untuk tidak dapat menembus angkasa luar, tetapi dengan akalnya ia mampu merubah taqdir itu. Yakni dengan menciptakan suatu alat (wahana) untuk sampai ke sana.
Butuh waktu yang cukup lama untuk memahami secara dalam tentang Takdir itu sendiri. Dengan adanya Takdir jangan sampai menghalangi manusia untuk berusaha menentukan masa depanya sendiri, sambil memohon bantuan Ilahi. Sebagai manusia, kita diberi kebebasan mau memilih jalan yang mudah atau susah. Mau yang memudahkan atau yang menyulitkan diri sendiri pada ujungnya.
Bagaimana Memahami Sebuah Takdir
Artikel ini saya sadur dari facebook, sehingga tidak tahu siapa penulis aslinya.
Dikisahkan Umar bin Khattab datang ke wilayah Syam untuk berperang. Ketika ia sampai di Sargh (dalam riwayat lain: atau Jabiyah), para pemimpin prajurit mengabarkan kepadanya bahwa Syam sedang terserang wabah penyakit.
Maka Umar mengumpulkan kaum Muhajirin dan Anshar untuk bermusyawarah. Mereka menyelisihi pendapat Umar atau tidak setuju dengan pendapat umar. Ada yang berkata: “Jika kita telah datang untuk berperang mengapa kita harus kembali?”. Ada juga yang berkata: “Menurut kami engkau harus terus berjalan membawa para sahabat Rasulullah ke daerah yang terserang wabah ini.”
Ketika dikatakan bahwa Umar menginstruksikan seluruh tentara kaum muslimin untuk kembali esok hari, maka Abu Ubaidah berkata kepada Umar: “Apakah kita berlari dari takdir (ketentuan) Allah?” Umar menjawab:
” Ya, kita lari dari satu takdir (ketentuan) Allah kepada takdir (ketentuanNya) yang lain, bagaimana pendapatmu jika engkau akan berhenti di satu lembah yang memiliki dua alternative jalan, yang satu subur dan yang lainnya kering dan tandus. Jika engkau memilih yang subur maka engkau telah memilihnya dengan ketentuan Allah, tetapi jika engkau memilih jalan yang gersang dan tandus engkau katakan bahwa pilihanmu itu dengan ketentuan Allah?” (al bidayah wa nihayah hal 196 (edisi terjemahan bahasa Indonesia)).
Inilah konsep takdir sebagaimana dipahami Umar bin Khattab. Sehingga manusia bebas memilih jalan hidupnya walaupun itu tidak terlepas dari takdir dan pengetahuan Allah SWT. Alangkah indah Umar memahami sesuatu yang sebenarnya sangat rumit bagi sebagian besar manusia. Subhanallah…
Tidak bisa seorang pecandu narkoba mengatakan: “ini udah takdir saya jadi pecandu.” Karena sebenarnya dialah yang memilih menjadi pecandu, bahkan Allah SWT memerintahkan kita untuk menjauhi sesuatu yang membawa kerusakan pada diri dan akal kita (misalnya Narkoba). Atau orang yang bunuh diri yang mengatakan ini takdir saya untuk bunuh diri (tentu saja dia tidak bisa berkata seperti itu 🙂 ), dan lainnya.
Tetap Berikhtiar Dengan Berusaha Secara Maksimal
Dalam riwayat yang lain, Umar menulis surat kepada penduduk di daerah yang sudah dijangkiti wabah penyakit itu. Telah shahih dari Nabi SAW bahwa beliau bersabda:
“Jika kalian mendengar ada wabah di suatu negeri maka janganlah kalian mendatanginya, tetapi jika wabah itu terjadi di suatu negeri yang kalian diami maka janganlah keluar darinya.”
Maka Umar mengirim surat kepada Abu Ubaidah yang isinya:
“salam alaika amma ba’du, sesungguhnya engkau membawa pasukanmu ke tempat yang tidak baik, maka pindahkanlah mereka, cari tempat yang tinggi dan udara yang bersih.”
Umar meminta penduduk di negeri itu untuk berusaha semaksimal mungkin menghindari wabah penyakit itu. Walaupun tidak diperbolehkan meninggalkan negeri itu. Inilah yang harus kita ketahui dan sadari bahwa selalu ada pilihan-pilihan dalam hidup kita. Karena itu pilihlah yang sesuai dengan Allah dan RasulNya maka kita akan selamat di dunia dan akhirat.
Apa Hubungannya Takdir Dengan Asuransi ?
Asuransi Syariah adalah IKHTIAR atau usaha untuk mendapatkan rezeki dari Allah melalui kontrak saling sepenanggungan dengan perusahaan asuransi dan sesama peserta asuransi yang lainnya saat ada yang mendapatkan sebuah RISIKO hidup. Apakah usaha ini melanggar TAKDIR ? Rezekinya jelas dari Allah, melalui urunan atau sumbangan sesama peserta. Karena rezeki gak ujug ujug turun dari langit kan…?
Apakah salah jika sesama MUSLIM bergotong royong untuk saling menyantuni..? Mari niatkan mempunyai generasi Islam yang berkecukupan. Kuat secara financial bahkan saat pencari nafkah utama tiada. Dan itu dimulai dari keluarga kecil kita 🙂